SURABAYA I SURYA Online - Sindikat penjahat berkedok sebagai pembantu rumah tangga (PRT) berhasil memperdayai sedikitnya lima majikan di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo, serta menguras harta senilai sekitar Rp 1 miliar.
Aksi komplotan itu akhirnya berhasil diungkap jajaran Polsekta Gayungan dengan menangkap salah satu pelakunya bernama Ari Nuryanti, wanita berusia 31 tahun asal Dusun Kompen, Kecamatan Genteng, Banyuwangi.
Ari dibekuk setelah polisi menerima laporan dari majikannya, Taufik Imam Santoso, pada Juni lalu. Kala itu pria berusia 47 tahun tersebut mengaku semua barang berharganya hilang dan pembantunya tiba-tiba juga menghilang. Karena itu, polisi lantas menaruh curiga pada pembantu di rumahnya, di Jl Gayungsari Barat Gg III Surabaya itu.
Kapolsek Gayungan Kompol Taufik Zulianto mengatakan, setelah dilakukan pelacakan rupanya Ari terendus berada di rumahnya, di Banyuwangi. Polisi lantas menciduk Ari.
Dari sanalah pencurian bermodus pembantu itu terbongkar. Saat diperiksa, komplotan Ari mengaku sudah mencuri di lima rumah majikan berbeda. Selain di rumah Imam, Ari pernah mencuri di Jl RA Kartini, Sidomoro Gresik; Jl Simpang Darmo Permai, Surabaya; dan di Perumahan Maspion, Sidoarjo.
Hasil pencuriannya pun beragam mulai dari kalung emas, jam tangan Rolex, laptop, gelang emas bertabur berlian, sepeda gunung hingga uang tunai ratusan juta rupiah. “Apabila ditotal nilainya mencapai lebih Rp 1 miliar,” ungkap Kompol Taufik.
Taufik mengatakan, Ari tak bekerja sendirian. Masih ada RN, warga Tuban dan MT, warga Madiun yang menjadi anggota sindikat itu. Kedua orang ini masih buron. “Kami masih mengejar keberadaan kedua tersangka,” tegas Taufik.
Sepak terjang Ari dan komplotannya cukup cerdik. Sebab, Ari selalu menyelidiki latar belakang keluarga majikannya secara detail. Seperti dilakukan di rumah Imam pada Juni lalu.
Ari bercerita awalnya dirinya dan dua rekan yang lain berjalan-jalan di sekitar perumahan Gayungsari. Ia mengaku sebenarnya tak berpikir ada rumah di sekitar Gayungsari yang bisa dicuri. Namun, setelah melihat lengangnya penjagaan di Gayungsari Barat, Ari pun memberanikan diri bertanya pada warga sekitar, apakah ada rumah yang membutuhkan pembantu.
Nah, dari sinilah Ari mengetahui kalau Imam membutuhkan pembantu. Ari mengatakan saat itu pembantu Imam yang lama telah mengundurkan diri.
Ari mengatakan, sebagai persyaratan kerja Imam juga meminta Kartu Tanda Penduduk (KTP) pada dirinya. Namun, yang diberikan Ari adalah KTP palsu.
Imam rupanya percaya saja dengan identitas palsu itu. Kala itu Ari memberikan KTP atas nama Kasianah, warga Gresik.
Dari sinilah upaya pencurian Ari dijalankan. Tak butuh waktu lama, dua hari setelah Ari diterima kerja di sana seluruh barang berharga milik Imam dicuri. Saat itu Imam sekeluarga berada di luar kota. Tercatat, brankas berisi perhiasan, sepeda gunung, dan laptop digasaknya. “Sepeda itu saya pakai untuk memanggil taksi,” aku Ari sambil menunjukkan barang bukti sepeda di Mapolres Gayungan.
Ari kemudian memanggil dua rekannya, RN dan MT untuk membantunya mengambil barang-barang curian. RN dan MT kala itu juga berprofesi sebagai pembantu di Surabaya, namun lokasinya berbeda-beda.
Ketika ditanya, apakah sopir taksi tak curiga dengan barang-barang yang ia naikkan? Ari mengatakan, ia berdalih telah meminta izin dari majikannya. “Dari sana kami langsung pergi ke kos MT,” tutur Ari. Sayangnya, Ari tak bisa menceritakan detail kos-kosan MT. Ia memberi petunjuk kalau kosnya ada di sekitar Kenjeran.
Di sanalah, ketiga orang ini membagi hasil. Brankas yang dibawa lari tadi, dibawanya ke tukang las untuk dibuka. “Isinya perhiasan, kalung, dan uang dolar recehan,” tutur Ari yang kemudian bercerita kalau mereka langsung berpisah setelah mambagi hasil pencurian itu.
“Saya memakai uang itu untuk membayar utang. Saya mendapat uang sampai Rp 10 juta pas pencurian yang terakhir,” tutur Ari.
Kasubag Humas Polrestabes Surabaya Kompol Suparti mengimbau agar masyarakat meningkatkan kewaspadaannya. “Jangan gampang menerima pembantu,” ujarnya, Jumat (23/9/2011).
Untuk mengantisipasi kejahatan ini, Suparti memberikan tips agar masyakarat tidak menjadi korban. Yaitu, mengecek KTP calon pembantu, tahu betul riwayat keluarga dan domisili calon PRT, lalu mengecek kebenaran informasinya.
sumber : surya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar